Just another free Blogger theme

Senin, 13 Februari 2023

Kata "digdaya" menjadi populer setelah digunakan dalam lirik lagu 1 abad NU. Kata "digdaya" pernah digunakan dalam menarasikan kelebihan Mbah Asrori Semarang, manula seratus tahun yang masih lahap menikmati menu tengkleng. Sebelum itu kata "digdaya" sering sekali digunakan oleh ki dalang dalam menggambarkan tokoh-tokoh maha sakti dalam dunia pewayangan. Contoh: Bima atau Werkudara yang lahir sebagai satria setengah dewa. Bima memiliki kedigdayaan berupa kekuatan fisik yang nyaris tak terbatas. Ia merupakan satria manifestasi dari simbol petarung yang berjalan lurus maju tak pernah mundur untuk kalah. Bima disebut petarung yang "digdaya".
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, digdaya/dig·da·ya/ artinya tidak terkalahkan; sakti. Meskipun begitu kata ini dapat mengalami pergeseran makna seperti menjadi sangat kuat, perkasa, memiliki kemampuan yang lebih atau adidaya.
Dunia fiksi menghadirkan Thor yang mirip Bima. Ada Superman yang benar-benar digdaya, Batman manusia kelelewar yang memiliki berbagai kekuatan. Hulk yang mirip Werkudara juga. Semua tokoh ini menggambarkan apa yang dikatakan kedigdayaan. 
Pada kisah raja-raja yang termaktub dalam kitab suci ada tokoh yang sangat digdaya di zaman Nabi Musa alaihisalam, yakni Firaun. Saking digdaya-nya Firaun ini, ia mengukuhkan dirinya sebagai Tuhan. Ini memang tidak tanggung-tanggung dalam memposisikan dirinya sebagai makhluk yang digdaya.
Pada kisah zaman dahulu ada manusia yang digdaya bernama Samson, yang mampu mengalahkan orang-orang jahat dengan kekuatannya.
Di abad ke-21 saat ini dapat dikatakan ada  negara yang mungkin dapat dikatakan digdaya, yakni negara paman Sam atau Amerika Serikat. 
Perjalanan sejarah bangsa-bangsa dan juga raja-raja dan orang-orang perkasa di masa silam menjadi semacam kenangan atau pelajaran. 
Orang mungkin bertanya, kenapa orang kuat seperti Firaun tidak dapat memenangkan dirinya ketika digulung lautan di Laut Merah pada peristiwa pengejaran Nabi Musa as? 
Pada masanya ada penguasa digdaya bernama Gengis Khan dari Mongol yang memporak-porandakan keberadaan para penguasa di Asia dan Eropa. Tokoh digdaya ini pun akhirnya menjadi cerita masa lalu dengan fragmen-fragmen kekejamannya. 
Dalam kehidupan hewan, jenis kuda nil termasuk hewan air yang digdaya, gigitan yang mematikan membuat buaya tidak berdaya. Di hutan harimau mungkin termasuk hewan yang digdaya yang dapat mengalahkan hewan-hewan lainnya. 
Tapi semua kedigdayaan itu masih kalah oleh makhluk yang konsisten dan tak pernah kalah, artinya memiliki kedigdayaan sejati, siapa dia? Dialah "Sang Waktu".
Belum pernah tercatat ada makhluk yang dapat menundukkan kedigdayaan "Sang Waktu".
Demi Waktu
Sungguh, manusia berada dalam kerugian
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.
Yang dapat mengimbangi kedigdayaan "Sang Waktu" hanyalah amal shalih. 
Banyak orang kehilangan waktu untuk mengejar uang, dan banyak yang bersedih karena kehilangan uang. Dan sedikit sekali orang yang bersedih karena kehilangan waktu.