Lukisan Wajah yang Belum Selesai
Ruangan di gedung pertunjukkan itu sangat nyaman. Tidak terlalu dingin, tidak terlalu terang, tidak terlalu bising (tentu saja tidak, sebab menggunakan sistem akustik yang jempol). Siapapun yang berada di ruang itu akan merasakan murninya denting suara, jernihnya irama, dan seterusnya. Lagi pula dibarengi aroma yang sangat spesial, ada wewangian yang enak banget di hidung, belum diberitahukan namanya, ada lampu-lampu - seperti tadi - tidak terlalu terang, tidak terlalu redup, sangat enak di mata, dan dijamin dapat mengenali wajah teman di sampingnya. Suara lawan bicara terdengar jelas, sama dengan gerak bibirnya, dan senyumnya menjadi lebih indah ditingkah dekorasi yang natural, pokoknya wow ... lah. Tata lampu yang sangat bagus, yang mampu memoles wajah-wajah yang setengah tampan menjadi lebih tampan, yang jerawatan menjadi maskulin, yang perempuan menjadi lebih cantik dan menarik, dan pakaian yang dikenakan bagaikan busana para bangsawan dan artis-artis papan atas yang sedang naik daun - walaupun hampir semua yang ada di ruang itu biasa-biasa saja, anak-anak remaja yang ramah, soapan, dan tampil menyenangkan. Paling performance-nya seperti itu.
Permainan fingerstylenya yang sangat apik sedang dimainkan. Petikannya sangat bersih. Luar biasa, ucap yang datang. Perfect banget. Itu yang diharapkan. Mengalir penuh riak-riak yang yang sangat teratur. Untaian nada tanpa kata yang menjadi bahasa penuh makna.
0 komentar:
Posting Komentar