Just another free Blogger theme

Jumat, 13 Agustus 2021

 Kepadamu

Oleh Yudi Karsono

 

menatap mentari pagi ini

polos diiringi nyanyian katak dan burung-burung

indah beranda langit pagi

ini lukisan  

karya yg sempurna

 

Bergetar kumenatap pesona pagi

sepanjang mata hamparan tumbuhan aneka bentuk dan warna

desain seni rupa yang tiada tara

perhatikanlah, ada keladi di pinggir kali dengan daunnya berayun

ke kanan ke kiri seperti sedang melantunkan zikir khusuk memuji

dari daunnya yang warna-warni yang menandakan kalau dirinya tercipta

dari sang Maha Indah

 

Bergetar jiwaku mendengar orchestra  yang menakjubkan ini

daun-daun menyapa dengan lambaian bahagia  bersama embun

bunga glagah yang mekar menari bermain dengan angin silih berganti

gemercik air pancuran dan sayup-sayup kokok ayam hutan menyapa

 

Sungguh lidahku dilanda kelu untuk mengatakan sesuatu

kemudian mataku hanya dapat  memandang semua ini

dalam haru kekaguman yang dalam

dalam kreasi harmoni yang sangat daetail ini 

dari sang Pencipta alam semesta

Purbalingga, 13 Agustus 2021 




Rabu, 11 Agustus 2021

Sepotong Senyum yang Selalu Indah

Oleh Yudi Karsono


duduk di peron stasiun

sengaja kudatang lebih awal

menunggumu

bersama sahabat dan pelayan kantin

yang selalu tersenyum

senyum yang selalu indah

apakah hidupmu tak pernah sedih, sahabat?

tidak, jawabmu

pada waktu dan ruang yang sama

peran ini harus dimainkan dengan gembira

bukankan ini sebuah skenario 

dari sebuah kisah?

jadi semua harus diterima apa adanya

berdasarkan peran-peran yang tertulis di sana

karenanya tak perlu kecewa

hidup itu perjalanan

atau ibarat kita sedang nongkrong menikmati secangkir kopi

dan apapun, dan tak perlu bayar mahal

atas nama persahabatan,

sumpah aku sangat betah di sini

karena rindu senyummu

senyum yang selalu indah

itu alasan pertama

senyum dari sang rembulan 

sumpah, senyum kamu itu sangat indah

kamu manusia yang berhati malaikat

berwajah bidadari

dan berhati mulia

biarkan saja jalan hidupmu menjadi sebuah kisah

hadir dan pergi seperti kereta

singgah silih berganti

hingga berakhir nanti 

 

Surakarta, 12 bulan Juli 2000



Senin, 09 Agustus 2021

HUJAN DAN MIMPI

Oleh Yudi Karsono


Ada anak-anak yang  bermain di pelataran

berbasah-basahan dengan canda dan tawa

seakan yang datang dari langit itu sebuah hadiah

kepada mereka

Ada anak-anak yang berlarian di bawah derasnya hujan

seakan perjamuan untuk sahabat yang baru datang

tak ada kesedihan

itu barusan berlabuh dan pergi perahu mereka

terbawa arus anak sungai hingga ke muara

dan anak-anak pun membangun sebuah telaga

dari permainan yang terindah

menanti hari cerah untuk membersihkan luka-luka

yang ada dalam jiwa pengelana

Anak-anak berlarian dan berteriak di atas perahu

berlabuh pada samudera luas dengan buih gelombang

seakan tak ada batu karang yang menghadang

berpayung langit  yang terbentang luas

beriring angin harapan

Anak-anak berlarian beriring bersenandung hujan

diiringi daun-daun yang mendayu di pelataran

Derai hujan membawanya pada mimpi

tentang masa

saat bareng memandang langit dan kita

bila permainan terus berlanjut pada hari esok

untuk kembali mengenang bola klaras pisang yang tak bulat lagi

yang akan ditendangnya keras-keras sambil berteriak

Akulah pemenangnya! Akulah pemenangnya! 

Mereka tertawa, membiarkan diri mereka menjadi pemenang

we are champion ....

memang ini sebuah kemenangan yang harus dirayakan






Minggu, 08 Agustus 2021

Sayap-sayap Putih

Oleh Yudi Karsono


Saat sayapku mengembang

kutatap cakrawala biru yang mempesona

awan berarak menyambut pagi

padang savana yang masih basah oleh embun

dan dendang nyanyian daun

diiringi irama dan aroma bunga-bunga mekar

di alam tebing-tebing, lembah gemulai

satwa yang terbangun dari tidurnya

kabut tipis yang menepi dari keheningan

suara kicau burung-burung

cahaya pagi yang menerobos pepohonan

dan desah pucuk-pucuk daun kemerahan

seperti zikir pagi yang mendamaikan

membiarkan sepi mencinta memeluk diri

memekarkan jiwa yang mengelana

di jalan  setapak yang bersahabat

dengan kakimu tanpa alas kaki

membiarkan gemercik air menyusuri liku-liku

sungai yang masih sangat perawan

tersenyum menyambut Mentari

dari celah rimbunnya kehidupan

jangkerik dan belalang yang bersembunyi

embun pagi yang enggan beranjak

tetap bening dengan tingkah menggemaskan

dedaunan

hanya ada senyum di pagi yang tenteram

bersama pantulan-pantulan kasih 

pada rerumputan, daun-daun pakis dari celah belantara