Media sosial merambah seperti tiupan angin. Banyak informasi berseliweran setiap detik. Seperti es kombinasi dengan ragam racikan. Cuma bedanya, media sosial tidak semua dapat ditelan dan menyehatkan. Adakah manfaat? Jawabannya tentu ya banget, dan ada bahayanya juga. Ke mana arah tiupan angin dapat dirasakan bagi yang peka dan menaruh perhatian. Mungkinkah kita masih punya waktu untuk merasakan ke mana arah angin berhembus atau menerpa?
Setitik nila tanpa warna beracun mungkin merayap bersama derasnya arus informasi. Ada akun-akun palsu yang bekerja untuk mendegradasi nilai-nilai. Ada budaya-budaya setan yang tumbuh di tengah tanaman yang telah diciptaan Tuhan sesuai dengan kekuasaan-Nya. Bila ada tanaman yang tumbuh menyimpang, pasti akan dicabut dan dibuang. Biar tanaman itu tumbuh dan berbuah sesuai dengan harapan bangsa manusia.
Dunia cyberspace dan kecerdasan buatan membuat perilaku manusia cenderung berubah. Perhatian pada layar smartphone lebih kuat daripada kepada orang-orang yang dicintainya. Jujur saja. Di rumah mata terpana ke pesan di WA daripada ngobrol ngalor ngidul dengan anak isteri. Padahal ngobrol ngalor ngidul dengan anak isteri itu membuat neuron di otak kanan menyala (kata para ahli otak).
Bahaya media sosial, bagi orang yang tidak memiliki filter yang baik untuk menyaring setiap pesan yang datang.
0 komentar:
Posting Komentar