Desember 1990 ....
Anak muda itu baru saja sampai di emperan rumah di tengah hujan deras yang mengguyur kampung sejak tengah hari tadi. Bajunya setengah basah. Tadi memakai payung yang sudah rusak dengan setengah berlari kecil keluar dari angkudes yang berhenti di ujung jalan. Jaraknya kira-kira berjarak 200 meter. Sejenak ia membalikkan badan menatap keluar, dan hujan masih sangat deras mengguyur halaman rumah. Suara guntur sesekali menggemuruh di langit yang mulai temaram. Ia lama menatap keluar saat hari mulai gelap. Ia bergegas menutup pintu agar air yang dibawa angin tidak masuk ke emperan rumah.
"Silakan masuk, Nak!"
"Terimakasih, Bapak!" balas anak muda sambil beranjak mendekat dan menyalami orangtua yang membukakan pintu.
"Kenalkan, ini teman kuliah Ito, namanya Yudi," kata Ito memperkenalkan temannya kepada ayahnya.
"Oya, silakan duduk," kata ayah Ito sambil menggeser kursi di ruang tamu kemudian memanggil anaknya,"Ito, temani tamu. Bapak akan ke mesjid dulu salat magrib," kata orangtua yang ternyata ayah dari Ito itu.
"Iya, ayah," Jawab Ito.
Tak lama kemudian Ito keluar dari dalam rumah membawakan kaos dan sarung untuk ganti celana dan baju temannya yang basah.
"Ganti baju dulu biar hangat dan tidak masuk angin," ujar Ito sambil menyerahkan kaos dan sarung yang masih terlipat rapi.
"Terimakasih," kata temannya sambil menerima kaos dan sarung dari Ito.
"Mandi dulu dengan air hangat. Kamar mandinya ada di sebelah kanan kamarku," kata Ito menunjukkan tempat sambil menyalakan lampu.
Anak muda itu segera menuju ke kamar mandi yang ditunjukkan Ito. Ia membayangkan nikmatnya mandi air hangat setelah beberapa menit menggigil kedinginan.
Setelah mandi anak muda itu bergegas mengganti pakainnya yang basah.
0 komentar:
Posting Komentar