Kasih Sayang Seorang Ibu

 



Ada sebuah lagu yang sangat dikenal oleh anak-anak tentang peran seorang ibu, yaitu:

“Kasih ibu kepada beta

Tak terhingga sepanjang masa

Hanya memberi tak harap kembali

Bagai sang surya menyinari dunia”

Ada ungkapan yang sangat pas untuk direnungkan “Surga di bawah telapak kaki ibu”.

Kalimat yang sangat tepat menggambarkan keistimewaan seorang ibu, yaitu: Ibumu adalah pintu surga yang real, yang tampak nyata di depan mata kamu. Bagi kalian yang ingin masuk surga lewat pintu ini, maka muliakanlah, rawatlah, taalah kepada ibu kamu. Ridho Tuhan ada pada ridho ibumu.”

Ridho Tuhan ada pada ridho ibumu. Kalimat ini mengingatkan kita pada sebuah kisah di zaman Nabi Saw tentang Alqomah yang  hampir suul khatimah gara2 ibunya tidak mau memaafkan kesalahannya. Alqomah lebih mengutamakan isterinya daripada ibunya. Kelakuan ini yang membuat Tuhan tidak Ridha.

Pada cerita rakyat di Sumatera Barat ada kisah Malin Kundang yang sukses menjadi saudagar kaya tetapi malu mengakui ibunya yang miskin. Ia pikir dengan menerima ibunya yang miskin seperti pengemis ini maka harkat dan martabatnya jatuh. Logika Malin Kundang ini menjadi contoh logika yang keliru 1000%. Ibunya murka dan mengutuk Malin Kundang dan harta perniagannya menjadi batu yang tidak berguna.

Mengapa harus menghormati ibu kita?

Rhoma Irama menjawab:

“Darah dagingmu dari air susunya

Jiwa ragamu dari kasih sayangnya

Dialah manusia satu-satunya

Yang menyayangimu tanpa ada batasnya”

Lalu bagaimana kita bersikap kepada ibu kita?

“Bila kau sayang pada isterimu.

Lebih sayanglah pada ibumu

Bila kau patuh pada rajamu

Lebih patuhlah pada ibumu”

 Kisah Uwais al Qarni

Uwais Al-Qarni merupakan seorang pemuda yang tidak terkenal, miskin, dan memiliki penyakit kulit. Tak ada orang yang mengenalnya bahkan namanya pun tak pernah dikenal. Namun ia merupakan pemuda yang  pernah disebut oleh Rasulullah SAW sebagai pemuda yang sangat terkenal di langit.

 Sebab kecintaan Allah kepadanya yaitu  dikarenakan ia patuh dan menghormati ibunya yang sakit lumpuh. Suatu waktu, Uwais meminta izin kepada sang ibu untuk pergi ke Madinah dalam rangka untuk melepaskan kerinduannnya kepada Rasulullah. Sang ibu memberinya izin untuk pergi, namun dengan syarat agar setelah berjumpa Rasulullah ia cepat pulang kembali karena ibunya yang sakit-sakitan.

 Setelah melakukan perjalanan yang sangat panjang, Uwais tidak mendapati Rasulullah di rumahnya karena sedang memimpin peperangan. Meski kerindunya amat besar terhadap Rasulullah, Uwais lekas pulang demi ibunya. Ia hanya menitip pesan kepada Siti Aisyah ra.

 Kemudian pada kesempatan yang lain, sang ibu meminta Uwais untuk mengantarkannya pergi haji. Uwais tidak mau menolak walaupun mereka merupakan keluarga yang miskin, dengan sekuat tenaga ia menggendong ibunya yang lumpuh itu untuk berziarah ke Baitullah.

 Meski belum pernah berjumpa dengan Nabi, Rasulullah seperti sudah mengenal betul pemuda miskin itu. Ia memuji Uwais dengan mengatakan kepada para Sahabat yang lain, “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya. Dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi,” (HR. Ahmad).

 Karena bakti yang tulus dan ikhlas kepada ibundanya, membuat nama Uwais Al-Qarni terkenal di langit, meski di bumi ia bukan siapa-siapa.

 Suatu hari Uwais membeli seekor anak lembu. Apa yang ia perbuat? Setiap pagi ia menggendong bolak balik anak lembu itu ke atas bukit. Tujuannya? Mungkin untuk memperkuat tubuhnya. Orang mengira Uwais ini sudah gila. Kalaupun tidak gila, orang-orang di lingkungannya menganggap Uwais ini orang aneh. Dan memang di lingkungannya banyak yang menganggapnya Uwais ini aneh. Sudah miskin, dan aneh pula. 

Mengapa ia melakukan itu?

Karena ia akan menggendong ibunya yang lumpuh untuk berangkat haji.

Jarak dari Yaman ke Mekkah sekitar 1.119 km. Hampir setara dengan jarak dari Pelabuhan Merak Banten ke Banyuwangi. Itulah jarak yang ditempuh seorang Uwais Al Qarni menggendong ibunya untuk menunaikan Haji

Setelah 8 bulan berlalu dan musim haji datang, ia memenuhi permintaan sang ibu dengan menggendongnya berjalan kaki dari Yaman ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. 

Kelebihan Uwais, berdasarkan sabda Rasulullah Saw:

Suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

Wallahu alam bishawwab


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya Jawab Dunia Pendidikan

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) untuk Kepsek dan Pengawas Sekolah

6 Aspek Perkembangan Anak Usia Dini