Blended Learning

 

Salah satu ciri dari model pembelajaran abad 21 adalah blended learning, gabungan antara metode tatap muka tradisional dan penggunaan digital dan online media. Pada pembelajaran abad 21, teknologi bukan sesuatu yang sifatnya

additional, bahkan wajib. Secara ketatabahasaan istilah blended learning terdiri atas dua kata yaitu, blended dan learning. Blended atau berasal dari kata blend yang berarti “campuran, bersama untuk meningkatkan kualitas agar bertambah baik” (Collins Dictionary), atau formula suatu penyelarasan kombinasi atau perpaduan (Oxford English Dictionary), sedangkan learning berasal dari learn yang artinya “belajar”. Oleh karenanya, secara sepintas istilah blended learning dapat diartikan sebagai campuran atau kombinasi dari pola pembelajaran satu dengan yang

lainnya.

Pembelajaran blended learning memiliki beberapa karakteristik. Beberapa karakteristik pembelajaran blended learning tersebut merujuk pada Prayitno, (2015), di antaranya adalah sebagai berikut:

1.      Model blended learning menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pendidikan, gaya pembelajaran, dan menggunakan berbagai media berbasis teknologi.

2.      Model pembelajaran blended learning merupakan kombinasi dari  pola

pembelajaran langsung (tatap muka), belajar mandiri, dan pembelajaran menggunakan sistem online.

3.      Guru dan  orangtua  memiliki  peran yang  sama  penting,  dimana  guru

berperan sebagai fasilitator dan orangtua berperan sebagai pendukung.

 

Saudara Mahasiswa, ada banyak model yang dapat digunakan guru untuk mengaplikasikan aktivitas pembelajaran online dan tatap muka dalam








pembelajaran blended learning. Clayton Christensen Institute telah mengidentifikasi beberapa model yang cukup sering digunakan dalam menyusun pembelajaran blended learning”. Beberapa model blended learning tersebut dapat diilustrasikan pada bagan berikut:



 

Dalam pembagian sesuai bagan di atas masing-masing model pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.         Model Rotasi (Rotation Model)

Pada model kelas ini, anak didik akan diatur untuk bergantian menempati pos-pos kegiatan pembelajaran yang telah disediakan. Berikut beberapa model kelas yang termasuk pada kategori model rotasi (rotation

model).

a.        Model Kelas Station Rotation

Sesuai dengan namanya, dalam model pembelajaran ini terdapat beberapa tempat atau perhentian (station) dimana anak didik dapat menempatinya secara bergiliran sesuai dengan kesepakatan atau arahan dari guru. Pada salah satu perhentian (station), anak didik dan guru dapat saling berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemui oleh anak didik.



pembelajaran blended learning. Clayton Christensen Institute telah mengidentifikasi beberapa model yang cukup sering digunakan dalam menyusun pembelajaran blended learning”. Beberapa model blended learning tersebut dapat diilustrasikan pada bagan berikut:



 

Dalam pembagian sesuai bagan di atas masing-masing model pembelajaran dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.         Model Rotasi (Rotation Model)

Pada model kelas ini, anak didik akan diatur untuk bergantian menempati pos-pos kegiatan pembelajaran yang telah disediakan. Berikut beberapa model kelas yang termasuk pada kategori model rotasi (rotation

model).

a.        Model Kelas Station Rotation

Sesuai dengan namanya, dalam model pembelajaran ini terdapat beberapa tempat atau perhentian (station) dimana anak didik dapat menempatinya secara bergiliran sesuai dengan kesepakatan atau arahan dari guru. Pada salah satu perhentian (station), anak didik dan guru dapat saling berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemui oleh anak didik.


 

Gambar 5. Ilustrasi Model Pembelajaran Station Rotation (Graham dkk, K-12 Blended Teaching, 2019)

Lalu, bagaimana model kelas station rotation dalam versi pembelajaran blended learning? Pada pembelajaran blended learning, ada satu perhentian (station), dimana anak didik belajar dan memanfaatkan teknologi untuk mempelajari bahan diskusi dalam kelas sebelum berkumpul dan berdiskusi dengan guru dalam perhentian (station) lainnya. Selain itu, tempat atau perhentian (station) juga dapat digunakan oleh anak didik untuk berdiskusi atau bekerja menyelesaikan proyek yang ditugaskan guru.

Agar model kelas station rotation menjadi efektif, sebaiknya kelas model ini diterapkan untuk anak didik yang dapat belajar secara mandiri. Hal ini dikarenakan guru hanya akan terfokus pada satu kelompok anak didik yang sedang berada dalam perhentian (station) tertentu. Namun, alternatif lain yang juga dapat dilakukan untuk mengatasi hal ini adalah dengan adanya fasilitator lain yang membantu guru dalam mengawasi anak didik yang berkegiatan di perhentian (station) lainnya. Selain itu, guru dan anak anak juga dapat membuat kesepakatan di awal pembelajaran, dimana masing-masing anak didik harus saling membantu ketika berkegiatan di setiap perhentian (station), sehingga guru dapat fokus memfasilitasi diskusi pada satu perhentian (station).


 

 

Gambar 6. Ilustrasi model kelas Station Rotation (Staker & Horn, Classifying K–12 Blended Learning, 2012)

 

b.      Model Kelas Lab/Whole Group Rotation

Pada model kelas lab/whole group rotation, anak didik akan diatur untuk berpindah dari satu ruangan ke ruangan lain. Salah satu ruangan digunakan untuk sesi pembelajaran secara online, sedangkan ruangan yang lain digunakan untuk kegiatan yang lainnya. Pada model kelas ini, peran guru tidak hanya terbatas hanya pada satu kelompok kecil dalam satu perhentian (station). Namun di sini, guru berperan untuk memfasilitasi dan membantu anak didik secara individual saat belajar menggunakan perangkat elektronik. Gambar berikut merupakan ilustrasi dari kegiatan belajar yang menggunakan model kelas lab/whole group rotation.



Gambar 7. Ilustrasi Model Kelas lab/whole group rotation (Staker & Horn, Classifying K–12 Blended Learning, 2012)

 

 

c.        Model Kelas Flipped (Flipped Clasroom)


Model pembelajaran flipped classroom ini dilakukan dengan membalik siklus yang biasanya terjadi. Sebelum anak didik memulai kelas, mereka akan mendapatkan stimulus secara langsung melalui video secara online. Ketika kelas dimulai, siswa dapat mulai mengerjakan dan menyelesaikan tugasnya serta dapat meminta bantuan melalui kegiatan diskusi di kelas.

 

Gambar 8. Ilustrasi Model Pembelajaran Flipped Classroom (Graham dkk, K-12 Blended Teaching, 2019)

 

Berikut adalah ilustrasi dari kegiatan pembelajaran yang menggunakan model kelas flipped (flipped classroom).


 

 

 

d.       Model Rotasi Individu (Individual Rotation)

Pada model ini, siswa mendapatkan jadwal yang telah disesuaikan dengan masing- masing individual untuk dapat belajar secara mandiri. Jadwal ini dapat diatur baik oleh guru maupun diatur secara online. Model rotasi individu berbeda dengan model rotasi yang lainnya karena anak didik tidak berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Gambar berikut merupakan ilustrasi dari kegiatan belajar yang menggunakan rotasi individu (individual

rotation).

 

 


Gambar 9.

Gambar 10. Ilustrasi Model Kelas Rotasi Individu (Individual Rotation) (Staker & Horn, Classifying K–12 Blended Learning, 2012)

2.         Model Kelas Flex


Pada model kelas flex, sebagian besar pembelajaran dilakukan secara

online sehingga pembelajaran bersifat sangat fleksibel. anak didik dapat belajar sesuai dengan kemampuan, kebutuhan dan kecepatan belajar masing-masing. Pada model kelas ini, guru dapat berperan sebagai fasilitator melalui sesi diskusi, pengerjaan proyek dalam kelompok, maupun tutoring secara individu. Hal ini dimaksudkan untuk membantu anak didik yang mengalami permasalahan dalam pembelajaran berdasarkan hasil pantauan aktivitas pembelajaran online yang telah dilaksanakan.

 


 

Gambar 10. Ilustrasi Model Pembelajaran Flex (Graham dkk, K-12 Blended Teaching, 2019)

 

Kunci dari model kelas flex adalah guru dapat memfasilitasi pembelajaran yang sangat fleksibel bagi anak didik namun tetap ada interaksi yang bermakna antar anak didik dan guru selama kegiatan pembelajaran.


 

Gambar 11. Ilustrasi Model Kelas Flex (Staker & Horn, Classifying K–12 Blended Learning, 2012)

 

 

3.         Model Self-Blend

Pada model ini, siswa dapat mengambil satu atau lebih kegiatan pembelajaran online sebagai tambahan dari kegiatan pembelajaran tatap muka yang telah dilakukan.


Gambar 12 Ilustrasi Model Kelas Self-Blend (Staker & Horn, Classifying K–12 Blended Learning, 2012)

 

4.         Model Enriched-Virtual


Pada model kelas ini, program pembelajaran dibagi menjadi dua sesi, yaitu pembelajaran tatap muka dan pembelajaran secara online. Pada awalnya model kelas enriched- virtual sepenuhnya adalah model kelas online. Namun, pada perkembangannya ditambahkan model blended learning untuk memfasilitasi anak didik melalui pembelajaran tatap muka.


Gambar 13. Ilustrasi Model Kelas Enriched-Virtual (Staker & Horn, Classifying K–12 Blended Learning, 2012)

 

Dari model-model di atas, perlu disadari bahwa guru dapat memilih dan menggabungkan beberapa model kelas dan disesuaikan dengan kebutuhan guru dan anak didik. Proses penyusunan kegiatan belajar masing-masing model blended learning disesuaikan dengan beberapa karakteristik seperti fasilitas belajar, ketersediaan akses terhadap teknologi, usia dan kemampuan anak didik, serta durasi jam pelajaran.

Dalam modul ini, setelah Saudara mempelajari TPACK sebagai kerangka dasar atau payung konsep pendekatan atau model pembelajaran abad 21, kegiatan berikutnya pada KB 2, 3, dan 4 adalah mempelajari TEAM sebagai salah satu pendekatan pembelajaran inovatif abad 21.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya Jawab Dunia Pendidikan

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) untuk Kepsek dan Pengawas Sekolah

6 Aspek Perkembangan Anak Usia Dini