Konsep Pengukuran

 

Pengukuran dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata measurement yang diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mengukur sesuatu, yakni membandingkan sesuatu dengan kriteria/ukuran tertentu atau proses pemasangan fakta-fakta suatu obyek ukur dengan satuan-satuan ukuran tertentu.

Sejalan dengan pendapat di atas, Djaali & Pudji Muljono (2007: 17) mengatakan bahwa pengukuran bisa diartikan sebagai proses memasangkan fakta-fakta suatu objek dengan fakta-fakta satuan tertentu. Sedangkan menurut Endang Purwanti (2008:4) pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka- angka pada suatu gejala atau peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Pemberian angka dilakukan kepada suatu atribut atau karakter tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Pemberian angka menunjukan pemberian makna secara kuantitatif kepada objek ukur. Dengan demikian, dapat dikatakan pengukuran adalah suatu proses untuk menentukan kuantitas dari suatu obyek.

Pada hakekatnya mengukur adalah memberikan angka pada  fakta yang diukur yang diwujudkan dalam bentuk simbol angka atau bilangan yang ditujukan kepada sesuatu atau objek yang diukur. Pengukuran dilakukan atas dasar aturan atau ketentuan yang sudah di susun secara baik dan benar, kemudian angka atau sekor yang diberikan tersebut sudah benar-benar dengan tepat menggambarkan kondisi yang sesungguhnya dari suatu obyek. Dan pemberian angka bagi suatu obyek tersebut dilakukan secara sistematik. Penentuan angka ini merupakan usaha untuk menggambarkan karakteristik suatu obyek dari kemampuan seseorang dalam bidang tertentu yang dinyatakan dengan angka.

Pengukuran dalam bidang pendidikan atau pembelajaran adalah kegiatan pemberian sejumlah tes kepada siswa untuk mengukur sejauhmana tingkat pencapaian siswa terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Pengukuran juga dapat dilakukan dengan alat non tes seperti angket, observasi, dan beberapa teknik penilaian non tes lainnya sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dan kemudian hasilnya dikuantifikasikan

Di dalam pengukuran ada proses pensekoran (scoring), yaitu proses memberikan angka terhadap jawaban tes yang diberikan oleh siswa, atau terhadap jawaban instrument. Jadi scoring merupakan proses pemberian angka pada hasil jawaban siswa atas sejumlah pertanyaan yang diajukan oleh guru, baik secara per item maupun secara keseluruhan. Skor total adalah angka yang diperoleh siswa dengan menjumlahkan  angka-angka bagi setiap butir (item) yang telah dijawab benar oleh siswa.

Misalnya sebuah tes essay terdiri dari 5 item soal dengan bobot masing-masing 10, sehingga skor maksimal idealnya jika semua item soal dijawab dengan benar adalah 50. Kemudian hasil tes seorang siswa menunjukkan skor sebagai berikut:

Nomor 1 memperoleh skor 8

Nomor 2 memperoleh skor 7

Nomor 3 memperoleh skor 5

Nomor 4 memperoleh skor 10

Nomor 5 memperoleh skor 6

Maka skor total siswa tersebut adalah = 8 + 7 + 5 + 10 + 6 = 36

Kemudian untuk mengubahnya menjadi nilai, maka skor total tersebut dibandingkan dengan skor maksimal idealnya 50, maka perhitungannya:

36

              X 100 = 72

50


Angka 72 ini sebenarnya menunjukkan tingkat prosentase penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran sebesar 72%, Adapun untuk menentukan kategori baik buruknya tergantung pada standar penilaian yang digunakan.

Pemberian skor dibedakan berdasarkan teknik evaluasinya. Jika mengacu pada kompetensi inti dalam kurikulum 2013, ada 4 KI yang harus dinilai oleh guru dari siswa sebagai hasil belajar, tetapi pada intinya teknik evaluasi tersebut dibedakan antara tes dan non tes.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya Jawab Dunia Pendidikan

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) untuk Kepsek dan Pengawas Sekolah

6 Aspek Perkembangan Anak Usia Dini