Teori Belajar Behavioristik John Broades Watson (1878-1958)

 

J.B. Watson adalah seorang tokoh aliran behavioristik yang datang sesudah  Thorndike.  Menurutnya,  belajar  adalah  proses  interaksi  antara stimulus  dan  respon,  namun  stimulus  dan  respon  yang  dimaksud  harus  hal tersebut sebagai faktor yang tak perlu diperhitungkan. Ia tetap mengakui bahwa perubahan-perubahan mental dalam benak siswa itu penting, namun semua itu tidak dapat menjelaskan apakah seseorang telah belajar atau belum karena tidak dapat diamati.

Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperti fisika atau biologi yang sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh dapat diamati dan dapat diukur. Asumsinya bahwa, hanya dengan cara demikianlah maka akan dapat diramalkan perubahan-perubahan apa yang bakal terjadi setelah seseorang melakukan tindak belajar. Pemikiran Watson (Collin, dkk: 2012) dapat digambarkan sebagai berikut:

 

Emosi manusia yang fundamental

 

Pavlov mendemonstrasikan hewan

(yang tidak dipelajari) adalah

 

dapat merespon tingkah laku

ketakutan, kemarahan dan cinta

 

melalui pengkondisian

 

 

perasaan-perasaan ini dapat

 

Manusia juga dapat dikondisikan

melekat pada objek melalui

 

untuk menghasilkan respons fisik

pengondisian stimulus-respons

 

terhadap objek dan peristiwa

 

 

Perasaan-perasaan ini dapat

 

Siapapun terlepas dari sifatnya,

melekat pada objek melalui

 

dapat dilatih menjadi apapun

pengondisian stimulus-respons

 

 

Para tokoh aliran behavioristik cenderung untuk tidak memperhatikan hal-hal yang tidak dapat diukur dan tidak dapat diamati, seperti perubahan- perubahan mental yang terjadi ketika belajar, walaupun demikian mereka tetap mengakui hal itu penting.

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya Jawab Dunia Pendidikan

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) untuk Kepsek dan Pengawas Sekolah

6 Aspek Perkembangan Anak Usia Dini